Oleh. : Faisal Rahman Yamin
Kita sedari kecil diajarkan oleh orang tua dan guru-guru kita, bahwasanya pendidikan adalah salah satu upaya meraih mimpi di masa depan, Benarkah demikian?
Kampus adalah tempat kita belajar, Mencari ilmu demi bekal di masa depan, harapan sukses ketika muda adalah cita-cita dan impian orang tua kita, bahwa menempuh pendidikan di Perguruan Tinggi seolah jaminan mendapatkan pekerjaan yang lebih layak, Persepsi seperti ini adalah jelas keliru, nyatanya banyak lulusan-lulusan perguruan tinggi yang belum mendapatkan penghasilan dari pekerjaan yang di harapkan.
Entahlah apa penyebabnya,! Persepsi seperti itu yang membuat kampus seolah-olah sebagai mesin pencetak tenaga kerja. Orang tua kita lupa, bahwa ada yang lebih fundamental dari pada mendapatkan pekerjaan: Yaitu tanggung jawab sosial. Sejatinya mahasiswa sebagai insan terdidik dilingkungan kampus, baik itu status Negeri/Swasta memiliki banyak tanggung jawab terhadap lingkungan sosial nya.
Kesenjangan sosial, kemiskinan, dekadensi moral bahkan terlalu banyak untuk disebutkan, adalah tanggung jawab mahasiswa sebagai "Agen Perubahan". Kita (Mahasiswa) terlalu disibukkan dengan aktivitas sebagai masyarakat yang konsumtif, mementingkan diri sendiri, dan apatis terhadap lingkungan sosial. Hal inilah yang merubah cara pandang kita, membiarkan semua itu terjadi. Egoisme seperti ini adalah kemunduran yang akut, lebih berbahaya daripada ledakan sebuah Bom.
Kekhawatiran pasca lulus di Perguruan Tinggi, kita disibukan melamar pekerjaan kesana-kemari, ke perusahaan satu ke perusahaan lainnya, ke instansi pemerintah atau ke lembaga swasta. Siklus alam seperti ini yang melahirkan ketidak pedulian, serta terkesan memaksa. Kekhawatiran ini semakin menjadi ketika orang tua kita menuntut segera bekerja, menikah, punya anak, hidup bahagia serta punya banyak uang.
Apakah kampus sebagai media untuk mengumpulkan uang? Apakah kampus menjamin anda untuk sukses? Apakah kampus dapat menjawab keresahan masyarakat yang tertindas? Dan apakah kampus dapat menjadikan anda memiliki jabatan? Jawabannya adalah Tidak!!
Sungguh naif nya kita sebagai insan yang terdidik Masuk perguruan tinggi sebenarnya hanya meningkatkan status sosial semata, terkesan sebagai insan terdidik di Masyarakat, padahal jarang sekali berbuat kebaikan untuk masyarakat sekitar, jangankan berbuat kebaikan, diajak berbuat untuk masyarakat sekitar pun berpikir dua kali. Lebih asyik bermain gadget daripada bermain kata dengan sesama, lebih asyik berselancar di internet, daripada berselancar menguatkan relasi. Apakah itu bibit kesuksesan?
Kesuksesan yang sebenarnya bukan dari hal yang disebutkan diatas. Kesuksesan yang sebenarnya adalah ketika kita manusia dapat bermanfaat bagi manusia lainnya. Peduli terhadap sesama adalah sebuah kepuasan yang lahir dari dalam jiwa. Menjadikan kampus sebagai basis penguatan intelektual, menjadikan kampus sebagai lalu-lintas pertukaran gagasan dan ide. Itulah kesuksesan yang sebenarnya, bukan materi yang menjadi bahan acuan kesuksesan, otak kita sudah dinodai oleh pikiran-pikiran dangkal.
0 komentar:
Posting Komentar