Komunitas Pena Dan Lensa

hjhh

Contoh Teks Berjalan dari Kiri ke Kanan
Komunitas Pena dan Lensa

Senin, 04 September 2017

Catatan Anak Bangsa,“Save Childrens



“Catatan Anak Bangsa” – “Save Childrens”

Oleh : Riana Ratno Juwita

Anak adalah satu anugrah yang Tuhan titipkan kepada dua orang malaikat yang sering kita sebut dengan nama Ayah dan Ibu. Anak bukanlah barang yang kita beli disatu toko sehingga kita dapat memperlakukannya sesuka dan semau kita. Anak adalah satu titipan Tuhan yang harus dijaga sepenuh hati, bahkan mungkin jika bisa nyawa pun akan dikorbankan untuk terlahirnya anak tersebut menjadi anak yang baik, baik dalam segala hal. Entah itu dalam hal agama, pendidikan dan sebagainya. Hidup terus berjalan, waktu terus berputar, kehidupan semakin maju dan berkembang pesat. Ia tak pernah perduli siapa yang akan tertinggal dibelakang sana, itu artinya ada banyak orang tua yang semakin menginjak pada fase penuaan, hingga pada akhirnya anak-anak merekalah yang akan menggenggam segala tanggung jawab yang awalnya mereka genggam. Inilah alasan mengapa dan kenapa kita harus menumbuhkan, atau melahirkan bibit-bibit yang super untuk bangsa kita sendiri. Bermula dari sebuah pengalaman, saya yang terbilang menyukai anak-anak akan senantiasa terus berada didekat mereka untuk mengetahui banyak tentang kehidupan yang mereka rasakan, terutama anak jalanan.

-Save Childrens-

Dalam kehidupan sehari-hari banyak sekali anak-anak yang terlantar, entah itu terlantar dalam hal ekonomi, pendidikan atau bahkan pengetahuan tentang agamanya sendiri. Hal ini terkadang membuat saya begitu miris ketika melihat negara dengan banyaknya hal yang bisa dimanfaatkan untuk membantu kehidupan mereka. Sehingga tak jarang kabar duka yang saya dengar tentang terjerumusnya anak kedalam pergaulan bebas yang mengakibatkan sebagian orang merasa dirugikan, tentunya merugikan masa depan mereka sendiri. Dan bisa jadi ini adalah kabar duka untuk bangsa kita, karena telah hancurnya satu bibit yang awalnya akan kita jadikan sebagai tombak masa depan bangsa.
Beberapa minggu lalu, saya pernah mengamati satu hal kehidupan yang terjadi pada anak-anak jalanan sana, bermula dari mereka berjualan, mengamen atau pun meminta-minta belas kasihan kepada khalayak orang yang berlalu lalang dikota-kota besar. Saya sempat berbincang-bincang dengan beberapa dari mereka, perbincangan yang saya mulai dengan sedikit bersenda gurau.

“Dek gak sekolah ya?” tanya saya kepada salah satu pengamen jalanan. Saat itu suasana angkutan umum yang saya tumpangi cukup sepi, sehingga memudahkan saya untuk sedikit mengetahui dalam tentang mereka, lagi pula pada saat itu mereka tidak keberatan untuk berbagi cerita bersama saya.

“Dnggak kak” jawab singkat salah satu anak jalanan yang duduknya tidaklah jauh dari saya.

“Lho kenapa, sekolah itu seru loh dek. Banyak teman, dapat ilmu baru juga. Kamu bisa mengetahui segala hal disana” jelasku singkat kepada mereka.

“Sekolah itu mahal kak, menghabiskan uang dan waktu. Lebih baik saya cari uang, kan bisa beli makan dan bisa jajan” jawab singkat mereka, dan tak lama mereka pergi untuk melanjutkan kembali profesi mereka sebagai pengamen jalanan.

Ini adalah salah satu kabar duka untuk bangsa ketika pendidikan menjadi tidak penting untuk mereka, ketika sebuah ilmu mereka anggap beban. Lalu peran utama orang tua yang ditunjuk Tuhan kemana dan dimana. Mereka semua seolah bungkam membiarkan hal ini terjadi pada mereka, mereka takluk pada keadaan yang bisa kita rubah. Keadaan mana yang kita inginkan, kita hanya dipersilahkan Tuhan untuk memilih kemudian berusaha dan berdoa, maka saya percaya dengan keyakinan tersebut kehidupan mereka akan menjadi baik. Karena bagi saya, tidak ada orang yang bodoh, yang ada hanya mereka yang malas yang tidak ingin merubah kehidupan mereka lebih baik lagi. oke maaf, saya sedikit gemas jika membicarakan tentang kehidupan mereka diluar sana yang bergantung pada Takdir bukan pada Tuhan.

***’

Beralih pada kehidupan sehari-hari yang sering terjadi dan nampak begitu jelas dimata saya, dimana orang tua membiarkan anak-anaknya terjerumus kedalam pergaulan yang salah, pergaulan yang dapat membuat masa depan anak nya sendiri hancur. Hal ini saya lihat ketika saya hendak pergi untuk memulai aktivitas pada pagi hari itu, seperti biasa saya selalu menunggu beberapa angkutan umum yang mungkin akan mengangkut saya pada tempat tujuan. Ini adalah hal yang saya lihat, banyaknya anak berseragam sekolah dengan santai dan asyiknya duduk di pinggir jalan, tertawa bersama teman-temannya, saling mengejak, dan satu hal lagi adalah tangan mereka tidak lah kosong. Ya, mereka asyik dengan rokok yang mereka hisap dengan santainya. Tanpa takut akan kesehatan mereka tergangu, atau tanpa takut mereka akan di marahi para orang tuanya. Namun, ketika saya mengamati hal ini lebih jauh lagi hal yang menakjubkan adalah orang tua mereka tidak sama sekali geram atas prilaku anaknya, mereka pikir hal tersebut adalah hal yang wajar, hal yang tidak akan membahayakan, dan dengan santainya mereka selalu berkata “biarlah, yang penting tidak menghamili anak orang!!!”. Mereka tidak sadar akan satu hal, bahwa sesuatu yang kecil lama-lama akan menghasilkan sebuah hal yang besar, bisa jadi begitu besar. Sekali lagi, disini yang diperlukan adalah peran orang tua, peran kepedulian orang tua kepada anak dan masa depannya.
Hal ini terus terjadi, lama-lama mereka berani untuk mengambil tindakan selanjutnya, tindakan yang mengakibatkan pendidikan dan masa depan mereka terputus yang mungkin bisa jadi akan berpengaruh pada perekonomian mereka kedepannya. Dimana pada saat itu saya menyaksikan sendiri anak yang baru saja menginjak bangku kelas 1 SMP terpaksa harus menanggung sebuah tanggung jawab sebagai seorang “Suami dan Ayah”. Ya, pergaulan bebas menjerumuskan anak tersebut untuk melakukan tindakan yang tidak semestinya. Para orang tua kerap sekali lalai mengijinkan anak seumur jagung untuk menikmati masa-masa pacaran. Padahal bukankah pendidikan dan pengetahuan agama lebih penting untuk mereka. Ini adalah salah satu kecerobohan, kecerobohan yang berdampang besar pada kehidupan anak-anak. Bukti cinta dan sayang orang tua kepada anak-anaknya bukanlah dengan membiarkan dan mengijinkan mereka bergaul sesuka dan semau mereka, namun seharunya para orang tua siap menjadi benteng yang akan membuat mereka merasa takut untuk melakukan hal-hal yang akan membuat mereka rugi. Contohnya dengan menerapkan pengetahuan-pengetahuan tentang agama, sehingga si-anak bisa jadi akan merasa segan untuk melakukan hal-hal negatif karena mereka sadar akan adanya Tuhan yang mengawasi mereka.
Mendidik anak bukanlah perkara yang mudah, namun bukankah itu sebuah kewajiban dimana kita perlu gotong royong untuk menumbuhkan anak didik bangsa yang baik dan super. Mengawasi mereka namun bukan berarti kita harus membatasi segala kreatifitasnya, karena ada juga beberapa orang tua, atau sekolah yang terkadang membatasi kreatifitas anak-anak sehingga anak-anak terkadang merasa minder, tidak PD untuk mengungkapkan sebuah ide atau opini mereka sendiri.
Bangsa ini sudah tidak seharunya lagi menunggu tumbuhnya anak-anak bangsa yang super. Semakin berkembangnya teknologi maka ini tekanan untuk kita untuk mendidik anak lebih baik, baik dan baik lagi. karena masa depan bangsa ada pada tangan anak-anak yang kini mungkin sedang kita didik untuk dapat menanggung sebuah tanggung jawab. Percaya atau tidak percaya, merekalah yang kelak akan meneruskan perjuangan kita dalam mempertahankan martabat bangsa. Jadi hari ini adalah hari dimana kita perlu berjuang untuk kehidupan yang baik untuk masa depan mereka dan masa depan bangsa. Terapkan kepada anak-anak kita akan sebuah pendidikan yang penting untuk mereka dimasa depan. Terapkan ajaran-ajaran dan ilmu agama yang mendalam untuk mereka, agar mereka tidak tersesat.

0 komentar:

Posting Komentar

Entri yang Diunggulkan

Oleh: Hadi Ibnu sabilillah (Mahasiswa STAI-NU dan wakil sekretaris  PC IPNU Purwakarta) Melibatkan kembali para pelajar dan sebaris ...