Komunitas Pena Dan Lensa

hjhh

Contoh Teks Berjalan dari Kiri ke Kanan
Komunitas Pena dan Lensa

Jumat, 22 September 2017

Secangkir kopi keriduan,"Kopi kurang manis"




OLEH : HADI IBNU SABILILLAH


Kopi kurang manis

Ada kekurangan pada secangkir kopi waktu itu, pada rasa yang berbeda, pada suasana yang tak rela,pada hujan yang tak reda, sedetikpun melupakan kemanisan senyumnya

Kegembiraan selalu datang di sela-sela waktu yang tidak bisa diketahui, begitupun sama dengan kesedihan, Ada yang berbeda dari hari hari biasanya dan ada yang berbeda di prasa dan rasa sebelumnnya, wanita yang kusebut ukhty itu benar-benar menghilang tanpa kabar, meninggalkan kerinduan yang hidup dalam jejak jejak langkahnya ditempat yang pernah dia singgahi,aku tidak sadar senja sore itu telah kembali membawaku tersesat didalam ruang kerinduan, Aahhh.... bodoh !!!,  pantas saja sore ini semuanya serasa berubah dan berbeda, ternyata kopi sore itu kurang manis. Tidak manis dengan seduhan kopi kopi sebelumnya, aku kembali diam dan termenung kembali kepada ingatan masa lampau, aku mendengar dia memanggilku dan membisikan pesan pesan yang pernah aku tangkap  oleh telinga ku, “A hadi, tetaplah menjadi diri sendiri, sederhana,dan apa adanya. namun ketika aku membuka mata,  itu hanya rindu rindu yang berwujud kesunyian, rasanya aku seperti di permainkan oleh malam, di koyak koyak oleh sunyi yang dendam kepadaku.

Ada rindu di dinding dinding kamarku

“Ada diantara yang tiada menjelma hawa.
Laki laki, jujur saja seperti tercambuk dan tersiksa
Malam malam ku adalah malam malamnya
Ada rindu di dinding dinding kamarku, tentang mu.

Hawa , hawa, hawa, dan adam.
Itu yang pernah diucapkan oleh sang baginda
Hawa, hiduplah kau dengan tulang rusuk ku.
Bersenandung hidup bersamaku, menebus rindu kekusaannya.

Hawa, ada rindu di dinding dinding kamarku tentangmu
Rindu yang bertuliskan sajak dan puisi untukmu
Rindu yang berbentuk do’a harap untukmu
Dan rindu atas nama, aku lalala padamu.

Tidak terasa waktu menunjukan jam 01:26 Wib, malam semakin berlarut jiwa ku semakin nyata berdiskusi dengan suara detik-detik jam dinding yang terpasang dikamarku, bernyanyi riang bersama suara suara jangkring tengah malam, aku bertanya kepada semesta, apakah ini adalah kerinduan? Yang banyak orang orang bincangkan, merindukan peristiwa-peristiwa hdup yang telah terjadi, merindukan yang telah tiada,  merindukan waktu waktu yang tidak bisa di ulang kembali? Apakah rindu sebuah peristiwa yang membahagiakan seseorang, atau sebaliknya?, menyedihkan dan membuat orang itu tersesat didalam kehidupan ruang yang selalu tentang hal-hal yang dirindukannya itu?, angin menyapa telingaku, seperti ada sesuatu yang akan di sampaikan oleh semesta kepadaku, aku diam, dan termenung lagi mensiasati gerak  gerik semesta. Seketika aku diam, pikiranku menangkap sebuah pernyataan yang begitu susah untuk aku definisikan. Mungkin ini jawaban dari semesta“Rindu itu seperti kabut, ketika jauh terlihat amat tebal segumpalan putihnya, namun ketika sudah kau dekati kabut itu akan menghilang”, yaaaps.!!! Menuurutku rindu-rindu yang digemari oleh para pecandu, seperti waktu waktu yang sudah aku lewati pada waktu lalu, tak sabar ingin berjumpa dengan gadis itu, namun ketika berjumpa dengan nya, semua memudar bergantian dari rindu rindu menjadi obrolan obrolan yang kaku.

Waktu adalah hati dari sebuah peristiwa, yang aku  ingat ketika aku menikmati sebuah peristiwa yang terjadi adalah waktunya, seperti ketika aku menikmati secangkir kopi ini, yang aku ingat adalah kamu (Ukhty), serbuk serbuk hitam yang  menjadi cairan hangat dengan rasa ke khasanya ini membawaku kepuncak ketenangan, ini adalah penawar, obat obat disaat aku merindu berat. Sebelum aku terlelap dan hidup kembali di alam alam mimpi, semesta berpesan kepadaku melalui daun daun pohon yang jatuh berterbangan di hempas angin, “Tetap jaga pohon pohon ku” sebaliknya aku berpesan kepada semesta di sepi malam ini , “tetap jaga udara udara ku,aku hidup menikmati cantik dan fana mu dengan udara dan udara pula yang membuat aku cepat menua”.

Kemarau
Kemarau
Rindu rindu terbang mencari telaga perjumpaan
Kemarau
Hiuk piuk nyanyian nyanyian sunyi merdu di bawakan segerombolan angin malam
Kemarau
Manusia manusia meninggal dengan perlahan, diatas gurun kegelisahan dampak kekemarauan rindu panjang
Kemarau
musim panjang seperti waktu waktu yang sudah terlewat
Dengan penuh harap yang diselimuti doa doa manusia berhati suci.
Kemarauku kini panjang, seperti rindu rindu yang terkekang


 Next>>>

0 komentar:

Posting Komentar

Entri yang Diunggulkan

Oleh: Hadi Ibnu sabilillah (Mahasiswa STAI-NU dan wakil sekretaris  PC IPNU Purwakarta) Melibatkan kembali para pelajar dan sebaris ...