Komunitas Pena Dan Lensa

hjhh

Contoh Teks Berjalan dari Kiri ke Kanan
Komunitas Pena dan Lensa

Senin, 04 September 2017

secangkir kopi kerinduan, "Bersama Senja"



Secangkir kopi kerinduan

Oleh      : HADI IBNU SABILILLAH

Bersama senja
kemesraan hari adalah ketika senja hadir berteman secangkir kopi, menunggu malam yang berwujud kelam

Hari semakin larut dalam hitungan waktu,  lambayung kuning datang lagi membawa ketentraman hati di setiap eloknya hari, tempat manusia diam entah dalam kesendirian ataupun ber’ramai-ramai, langit yang mulai bewarna kekuning-kuningan menyatakan datangnya senja, aku sedikit melamun dalam  waktu  sore itu, teringat senyumnya saat kehangatan dan manis nya kopi yang semakin membuat imajinasi ini semakin sempurna tentangnya.

senja

“Senja  hari tiba , yang kosong semakin kosong,
Yang berisi semakin terbebani, oleh ilusi yang mejadi jadi,
Cerah langit menggigit corak warna senja,
Kepahitan kopi menjadi mati, ketika datang siluet senyumu,
Manis dimata , menyimpan cinta”

Gadis  yang selalu mengundang kerinduan  itu bernama ukhty , seorang gadis yang tidak cantik, tapi banyak kaum pria yang jarang menyadarinya , apalah bila sudah terjerat oleh pesonanya, yang sederhana, anggun dan ceria itu, wajah ukhty merupakan perpaduan kontras antara senja  yang membawa  ketentraman, dan rembulan yang membawa kemesraan, apalah daya aksara  yang kian lahir menjadi sajak, puisi tentangnya.
sore itu,di bulan april 2017, ukhty sedang bercengkrama  dengan teman-temannya di pertengahan keramaian kota yang dipenuhi patung-patung wayang dan parapahlawan, taman-taman yang berhias bunga warna-warni , semakin menambah kesempurnaan indah di sore itu, senyumnya semakin membuat mataku ini erat memandangnya, bukan berbentuk siluet dalam bayang lagi, namun nyata tak tertepis dalam lamunan jiwa, kelembutan senyumnya mengirimkan pesan kerinduan yang tidak bisa aku lupakan dalam waktu yang sebentar, Di ujung barat kota purwakarta,matahari senja mulai terbenam cahayanya berpendar-pendar seolah melambaikan tangan kepergian, ketentramanku sedikit terusik, sigadis anggun itu  pergi meninggalkan jejak-jejak kerinduan, dan bayang-bayang harapan semakin tajam tergambar dalam lamunan, aksaraku kembali menjelma menjadi puisi, korban sigadis anggun dan periang itu.

Gadis manis

“Senja telah usai, paras manis dengan tontonan gratis  itu ikut hanyut terbawa senja,
Kini hanya malam berselimut sepi yang datang menghampiri,
Gemercik hujan tiba di bumi, menggenangkan kerinduan dan harapan,
Gadis itu manis, semanis pemanis kopi,
Gadis itu pahit sepahit keangkuhannya,
Semoga malamnya damai sedamai senyumnya,
Malam, temani dia dalam mimpinya.

0 komentar:

Posting Komentar

Entri yang Diunggulkan

Oleh: Hadi Ibnu sabilillah (Mahasiswa STAI-NU dan wakil sekretaris  PC IPNU Purwakarta) Melibatkan kembali para pelajar dan sebaris ...