Secangkir kopi kerinduan
Nada sunyi
“Nada ber’irama sunyi
datang menerkam jiwa-jiwa manusia yang di mabuk kesipian dan kebutaan tujuan
yang berjalan tanpa arah”
Malam menari dalam nada
kesunyian, lagi dan lagi malam itu datang kian berganti, aku tidak merisaukan
malam apalagi membencinnya, hanya saja malam selalu menyelimutiku dalam
kesunyian, secangkir kopi kembali hadir menenangkanku dengan kehangatannya,
aromanya datang di sela aku merindukan wanita berparas ceria itu, larut malam
aku semakin tersesat dalam alur kerinduanku, harapan yang menjadi hutan besar
menyesatkan setiap jejak-jejak langkahku, sungguh kejam harapan ini, seandainya~.
Secangkir kopi
“Kita ini secangkir kopi, aku bersedia menjadi cangkirnya
Ku harap kamu menjadi kopinya, kita dalam satu cangkir,
Penikmatnya adalah malam, sunyi dan kerinduan. kasih”
Pagi itu, aku kembali mejalankan
rutinitasku, ya.. sebagai mahasiswa di salah satu perguruan tinggi yang ada di
purwakarta, selain aktifitas sehari-hariku sebagai penikmat senja dan pejuang
pendidikan, akupun adalah seorang penyiar berita di salah satu media online
yang ada di purwakarta, aksara selalu menemani hari-hariku di setiap waktu,
apalagi ketika sunyi mulai menghampiri, ber’iramakan nada-nada yang mengundang
kerinduan seakan-akan aksara menjadi kalimat, pragraf puisi tentangnya.
Sunyi
“Aku adalah pengembala sunyi, diam kau hampiri aku, bergerak
kau ikuti aku,
Aku adalah pemujamu dalam kesunyian dan pencintamu dalam
kesepian, Keramaian datang tapi bukan tentang banyaknya orang, melainkan kerinduan yang bertubi-tubi layak hujan, Aku adalah pengembala sunyi, dan kau adalah peramainya”
Siang dengan teriknya matahari,
aku bergegas menenlusuri setiap pelosok desa di purwakarta, itulah tugasku
mencari sebuah informasi untuk di publikasikan, saat itu tibalah aku di sebuah
tempat dimana pertamakali aku mengenal diriku sendiri, tempat awal berkiprah
hingga sampai saat ini akupun tak bisa lepas dari kesejukan udaranya, keindahan
alamya, kesantunan pribuminya, dan tempat yang menurutku paling strategis letak
geografisnya di kabupaten purwakarta. tempat yang bersejarah dalam
hidupku itu adalah wanayasa, yaps... wanayasa daerah itu sunggu bersejarah
dalam hidupku, banyak aksara-aksara yang tertulis berisi pesan dan makna di setiap waktunya, wanayasa ini adalah tempat dimana aku mencari
sepi dengan ketentraman yang sangat tidak ter’usik.
Aku dan sunyi
“Aku, simuka kumuh berparas ria.
Berjalan menikmati waktu di kermaian kota
Harap, berharap dan mengharapkan.
Dari cinta tumbuh bahagia.
Berjalan menikmati waktu di kermaian kota
Harap, berharap dan mengharapkan.
Dari cinta tumbuh bahagia.
Aku, penikmat
senja bersorak gembira.
Jalanku tak kotor hanya saja absurd tak ter'arah.
Waktu menulis sejarah awal berkiprah
Menunggu harap, di setiap aksara yang berparagraf.
Jalanku tak kotor hanya saja absurd tak ter'arah.
Waktu menulis sejarah awal berkiprah
Menunggu harap, di setiap aksara yang berparagraf.
Aku,
simuda angkuh berwaja kumuh.
Waktu berlari sepi menanti.
Harapku cari cinta kunanti.
Sorak senja di sore hari.
Waktu berlari sepi menanti.
Harapku cari cinta kunanti.
Sorak senja di sore hari.
Aku,
adalah mereka.
Mereka bukanlah aku.
Aku penghuni sunyi
dan mereka permainya”.
Mereka bukanlah aku.
Aku penghuni sunyi
dan mereka permainya”.
Sahabatku siang itu datang,
dengan gaya rapih mengendarai motor tua, rambut gondrong dan berpostur tubuhnya
tinggi, beliau asli orang wanayasa, namanya saddad, setiap aku pergi kewanayasa
tak akan pernah lekang dengan sejuta curhatannya kepadaku, tentunya berisi
bincangan santai mengenai masa depan dan perkembangan lingkungan, beliau juga
adalah adik kelasku sewaktu sekolah dulu dan beliau juga adalah salah satu
keluarga dari guru-guru ku saat aku menimba ilmu di podok pesantren
al-hikamussalafiyah.
Saddad yang akan melanjutkan sekolahnya keperguruan tinggi
negeri sempat bingung, dan curhat kepadaku
“aku
bingung harus meneruskan pendidikan ku di universitas yang mana dan mengambil
jurusa apa?, Jawabku, “kamu kan
kemarin kursus bahasa inggris di pare, bro,,, bagaimana kalau mengambil sastra
bahasa inggiris aja di universitas pendidikan indonesia bandung, menuruku itu
akan sejalan dengan dasar kemampuan yang kamu miliki”, Setelah melamun, sadad menjawab “ hhmmm,,, tapi aku tertarik ke psikologi, kalau untuk di bahasa
insaallah sudah cukup bisa, itu hanya menjadi bekal nanti aja”.Itu pilihan kamu bro,
yakinkan di dalam hati jangan sampe salah langkah, jawabku. Secangkir kopi siang itu sangat
setia menemani, udara yang sejuk daun-daun yang berjatuhan semakin membuat
daerah yang letak geografisnya strategis
itu semakin membuatku nyaman, dan kembali menulis puisi, tentang ketidak
jelasan untuk apa manusia di hidupkan jika tidak patuh kepada perintah tuhan
dan menjadi orang yang bermanfaat untuk masyarakat di sekelilingnya.
Jejak
"Jejak adalah bekas dimana kita melangkah.
Setiap jejak adalah perkara yang sudah kita perbuat.
Pena, tuliskan aksra berbentuk cerita setelahnya.
Dengan nada kesunyian, berjiwa kehampaan.
jejak yang tercatat
mati terkubur dalam kedilemaan.
Karena melangkah tanpa membawa sampah tidak akan ter’arah.
Matilah hati dalam
mangkuk dunia yang fana
Tanpa sadar, tuhan selalu ada memperhatikannya".
0 komentar:
Posting Komentar