Komunitas Pena Dan Lensa

hjhh

Contoh Teks Berjalan dari Kiri ke Kanan
Komunitas Pena dan Lensa

Senin, 04 September 2017

Secangkir kopi kerinduan, "Nada Sunyi"




Secangkir kopi kerinduan


Nada sunyi

Nada ber’irama sunyi datang menerkam jiwa-jiwa manusia yang di mabuk kesipian dan kebutaan tujuan yang berjalan tanpa arah

Malam menari dalam nada kesunyian, lagi dan lagi malam itu datang kian berganti, aku tidak merisaukan malam apalagi membencinnya, hanya saja malam selalu menyelimutiku dalam kesunyian, secangkir kopi kembali hadir menenangkanku dengan kehangatannya, aromanya datang di sela aku merindukan wanita berparas ceria itu, larut malam aku semakin tersesat dalam alur kerinduanku, harapan yang menjadi hutan besar menyesatkan setiap jejak-jejak langkahku, sungguh kejam harapan ini, seandainya~.

Secangkir kopi

“Kita ini secangkir kopi, aku bersedia menjadi cangkirnya
Ku harap kamu menjadi kopinya, kita dalam satu cangkir,
Penikmatnya adalah malam, sunyi dan kerinduan. kasih”

Pagi itu, aku kembali mejalankan rutinitasku, ya.. sebagai mahasiswa di  salah satu perguruan tinggi yang ada di purwakarta, selain aktifitas sehari-hariku sebagai penikmat senja dan pejuang pendidikan, akupun adalah seorang penyiar berita di salah satu media online yang ada di purwakarta, aksara selalu menemani hari-hariku di setiap waktu, apalagi ketika sunyi mulai menghampiri, ber’iramakan nada-nada yang mengundang kerinduan seakan-akan aksara menjadi kalimat, pragraf puisi tentangnya.

Sunyi

“Aku adalah pengembala sunyi, diam kau hampiri aku, bergerak kau ikuti aku,
Aku adalah pemujamu dalam kesunyian dan pencintamu dalam kesepian, Keramaian datang tapi bukan tentang banyaknya orang, melainkan kerinduan yang bertubi-tubi layak hujan, Aku adalah pengembala sunyi, dan kau adalah peramainya”

Siang dengan teriknya matahari, aku bergegas menenlusuri setiap pelosok desa di purwakarta, itulah tugasku mencari sebuah informasi untuk di publikasikan, saat itu tibalah aku di sebuah tempat dimana pertamakali aku mengenal diriku sendiri, tempat awal berkiprah hingga sampai saat ini akupun tak bisa lepas dari kesejukan udaranya, keindahan alamya, kesantunan pribuminya, dan tempat yang menurutku paling strategis letak geografisnya di kabupaten purwakarta. tempat yang bersejarah dalam hidupku itu adalah wanayasa, yaps... wanayasa daerah itu sunggu bersejarah dalam hidupku, banyak aksara-aksara yang tertulis  berisi pesan dan makna di setiap waktunya,  wanayasa ini adalah tempat dimana aku mencari sepi dengan ketentraman yang sangat tidak ter’usik.

Aku dan sunyi

“Aku, simuka kumuh berparas ria.
Berjalan menikmati waktu di kermaian kota
Harap, berharap dan mengharapkan.
Dari cinta tumbuh bahagia.
Aku, penikmat senja bersorak gembira.
Jalanku tak kotor hanya saja absurd tak ter'arah.
Waktu menulis sejarah awal berkiprah
Menunggu harap, di setiap aksara yang berparagraf.
Aku, simuda angkuh berwaja kumuh.
Waktu berlari sepi menanti.
Harapku cari cinta kunanti.
Sorak senja di sore hari.
Aku, adalah mereka. 
Mereka bukanlah aku.
Aku penghuni sunyi
dan mereka permainya”.


Sahabatku siang itu datang, dengan gaya rapih mengendarai motor tua, rambut gondrong dan berpostur tubuhnya tinggi, beliau asli orang wanayasa, namanya saddad, setiap aku pergi kewanayasa tak akan pernah lekang dengan sejuta curhatannya kepadaku, tentunya berisi bincangan santai mengenai masa depan dan perkembangan lingkungan, beliau juga adalah adik kelasku sewaktu sekolah dulu dan beliau juga adalah salah satu keluarga dari guru-guru ku saat aku menimba ilmu di podok pesantren al-hikamussalafiyah.
Saddad yang akan melanjutkan sekolahnya keperguruan tinggi negeri sempat bingung, dan curhat kepadaku 
aku bingung harus meneruskan pendidikan ku di universitas yang mana dan mengambil jurusa apa?, Jawabku, “kamu kan kemarin kursus bahasa inggris di pare, bro,,, bagaimana kalau mengambil sastra bahasa inggiris aja di universitas pendidikan indonesia bandung, menuruku itu akan sejalan dengan dasar kemampuan yang kamu miliki”, Setelah melamun, sadad menjawab “ hhmmm,,, tapi aku tertarik ke psikologi, kalau untuk di bahasa insaallah sudah cukup bisa, itu hanya menjadi bekal nanti aja”.Itu pilihan kamu bro, yakinkan di dalam hati jangan sampe salah langkah, jawabku. Secangkir kopi siang itu sangat setia menemani, udara yang sejuk daun-daun yang berjatuhan semakin membuat daerah yang letak  geografisnya strategis itu semakin membuatku nyaman, dan kembali menulis puisi, tentang ketidak jelasan untuk apa manusia di hidupkan jika tidak patuh kepada perintah tuhan dan menjadi orang yang bermanfaat untuk masyarakat di sekelilingnya.

Jejak

"Jejak adalah bekas dimana kita melangkah.
Setiap jejak adalah perkara yang sudah kita perbuat.
Pena, tuliskan aksra berbentuk cerita setelahnya.
Dengan nada kesunyian, berjiwa kehampaan.
               
jejak yang tercatat mati terkubur dalam kedilemaan.
Karena melangkah tanpa membawa sampah tidak akan ter’arah.
Matilah hati dalam  mangkuk dunia yang fana
Tanpa sadar, tuhan selalu ada memperhatikannya".

0 komentar:

Posting Komentar

Entri yang Diunggulkan

Oleh: Hadi Ibnu sabilillah (Mahasiswa STAI-NU dan wakil sekretaris  PC IPNU Purwakarta) Melibatkan kembali para pelajar dan sebaris ...