Ibu Pelabuhan
Oleh : Ahmad farid
-keberangkatan-
Sambil lalu menjauh kapalku
melambai-lambai tanganmu
Seperti bendera yang tekun
menyimak kabar angin
melambai-lambai tanganmu
Seperti bendera yang tekun
menyimak kabar angin
Perpisahan dan kemerdekaan
sama saja rasanya
(hanya mencapai suatu
setelah meninggalkan suatu yang lain)
sama saja rasanya
(hanya mencapai suatu
setelah meninggalkan suatu yang lain)
dari sepasang buah
yang masak di tubuhmu
air hidup mengalir
melayarkan jiwaku
yang masak di tubuhmu
air hidup mengalir
melayarkan jiwaku
-penjelajahan-
Kadang kudengar batuk laut
atau gigil cuaca waktu dilanda flu
Lalu kutemukan peperanganku
Menguak dari kedalaman laut
tiap kali badai terasa ketus
hilanglah segala sudut laut,aku menciut.
Hatiku mendadak rawan.
Bu, aku bisa binasa kapan saja
atau gigil cuaca waktu dilanda flu
Lalu kutemukan peperanganku
Menguak dari kedalaman laut
tiap kali badai terasa ketus
hilanglah segala sudut laut,aku menciut.
Hatiku mendadak rawan.
Bu, aku bisa binasa kapan saja
Tetapi aku anakmu!
Ke mana jauh jelajahku,kudengar suaramu berulangulang
seperti dzikir
seperti doa
seperti mantra
seperti dzikir
seperti doa
seperti mantra
Ke mana pun kapalku terlempar
Di mana pun jangkarku hinggap
Aku tahu ke mana harus pulang
Di mana pun jangkarku hinggap
Aku tahu ke mana harus pulang
-kepulangan-
Tanganmu bendera di pelabuhan, tampak lusuh dan selalu kesepian.
Ibuku, ibuku, aku ingin jadi batu, menebus kesedihanmu.
Purwakarta, 2014
0 komentar:
Posting Komentar