Secangkir kopi kerinduan
Menebus
rindu
“Rindu tanpa basa-basi
datang, rindu tanpa pamit pergi, aku menebus rindu karena jarak dan waktu
melewati malam, melalui musik, sajak dan puisi”
Kota kecil penuh pesona ini seringkali
di juluki dengan panggilan kota istimewa, selain pembangunannya yang tertata rapih,
kabupaten yang memliki 17 kecamatan, 198 desa dan 9 kelurahan ini, mempunyai kekayaan kuliner dan tempat wisata yang dimiliki
desa nya masing-masing, yang sangat indah dan membuat banyak wisatawan berminat
untuk mengunjunginya, keanekaragaman kultur, kesenian dan ciri khas makanan
yang dimiliki di setiap pelosok desa yang ada di kabipaten purwakarta ini, memiliki
nilai keindonesiaan yang tidak bisa kita pungkiri, nilai budaya kearifan lokal
yang berjalan di purwakarta sangat kental dengan kesundaan nya, yang mana kita
kenal dengan filosofi “Silih asah, silih asih, silih asuh dan gotong royong”.
Menbus rinsdu
Aku meyimpan sejuta harap di negeri ini, sejuta pesan untuk
diri ini
Aku bersemayam di dalam kebodohan, namun cinta yang
meneranginya
Jiwa-jiwa yang lemah mati berteriak tanpa arah
Kepada tuhan aku kembali, menebus rindu kekuasaannya.
Di sudut keramaian kota, malam
itu tepat dengan hari minggu dimana setiap pinggir jalan pertengahan kota
purwakarta sangat ramai di penuhi anak
muda, baik itu yang berkomunitas ataupun yang bercumbu rayu dengan kekasihnya,
aku bersyukur dalam setiap waktu hari-hariku asyik selalu di isi dengan guyonan
dan diskusi kecil yang selalu di adakan bersama orang-orang yang hebat dari
berbagai kalangan di purwakarta, baik itu dari komunitas, organisasi, tokoh
masyarakat, maupun para aktifis mahasiswa dan pelajar, mereka membuka cakrawala
pemikiranku mereka pula yang membuatku sanggup merangkai kata, membuat sebuah
kalimat dari ratusan hurup yang berbentuk aksra.
Dalam diskusi santai yang terdiri
dari beberapa temanku yang menjadi seorang aktifis mahasiswa di purwakarta, diantara
mereka bernama heru beliau berkuliah di stai dr khez muttaqien, pria berambut
panjang berkumis tebal dan tatapan matanya yang tajam ini adalah sahabat dimana
setiap malam menghabiskan secangkir kopi bersamanya. Kopi selalu menjadi
perbincangan kita di malam itu, malam penuh kebodohan dari pertanyaan-pertanyaan
yang sangat konyol di luar batas kesadaran manusia, disaat aku terdiam dan
merenungi setiap langkah kehidupan, telingaku mendengar dunia tertawa begitu
senang, menertawakan manusia-manusia yang tidak terkendali pikiran dan hatinya,
menertawakan manusia-manusia yang lupa akan agamannya, yang lupa akan imannya
dan yang lupa akan kenikmatan yang dia miliki.
Aku bersama tuhan
“Malam begitu tenang
melambangkang geram bersimbol bintang,
Keindahan tak pernah teragukan dalam setiap nada yang
berbunyi kesunyian,
Suara-suara tertawa layak nada yang terpaksa muncul berbunyi
Aku bersama tuhan, tuhan selalu bersamaku
Didalam malam yang penuh harap”
0 komentar:
Posting Komentar