Semangat Berpancasila
Dalam Toleransi Purwakarta
Oleh : Hadi Ibnu Sabilillah
Negara Indonesia
berbentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), Pancasila merupakan
falsafah Indonesia dan mempunyai semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang artinya
walaupun berbeda-beda suku bangsa, agama, bahasa dan adat istiadat namun tetap
satu jua. Dasar pemerintahan negara Indonesia adalah Demokrasi Pancasila, arti
dari demokrasi tersebut adalah pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk
rakyat. Sedangkan Demokrasi Pancasila artinya demokrasi berdasarkan musyawarah
untuk mufakat. Pancasila mampu menjadi landasan dan falsafah serta pedoman
hidup bangsa Indonesia yang majemuk. Pancasila telah membimbing lahir batin
perjalanan kehidupan masyarakat Indonesia. Dalam pancasila tercantum
kepribadian dan pandangan hidup bangsa yang telah diuji kebenaran, kekuatan,
serta kesaktiannya, dan tidak ada satu kekuatan manapun yang mampu memisahkan
Pancasila dari kehidupan bangsa Indonesia. Sehingga Pancasila itu sendiripun
sejatinya adalah jatidiri bangsa Indonesia.
Bhinneka Tunggal Ika
adalah motto atau semboyan Indonesia. Frasa ini berasal dari bahasa Jawa Kuno
dan seringkali diterjemahkan dengan kalimat “Berbeda-beda tetapi tetap satu”.
Diterjemahkan per-kata, "Bhinneka" berarti "beraneka ragam"
atau berbeda-beda, "Neka" dalam bahasa Sanskerta berarti
"macam" dan menjadi pembentuk kata "aneka" dalam Bahasa
Indonesia. "Tunggal" berarti "satu" dan "Ika"
berarti "itu". Secara harfiah Bhinneka Tunggal Ika diterjemahkan
"Beraneka Satu Itu", yang bermakna meskipun berbeda-beda tetapi pada
hakikatnya bangsa Indonesia tetap adalah satu kesatuan. Semboyan ini digunakan
untuk menggambarkan persatuan dan kesatuan Bangsa dan Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang terdiri atas beraneka ragam budaya, bahasa daerah, ras, suku
bangsa, agama dan kepercayaan.
Ketika berbicara
tentang bangsa, saya sedikit teringat pendapat dari salah satu Ilmuwan yg
pernah di jelaskan oleh guru PKN waktu di sekolah Madrasah Aliyah dulu, yaitu "Ernest
Renanat" (seorang ilmuwan Prancis), ia berpendapat bahwa bangsa adalah
kesatuan jiwa. Jiwa yang mengandung kehendak untuk bersatu, orang-orang merasa
diri satu dan mau bersatu. Artinya Bangsa dapat terdiri atas ratusan,
ribuan, bahkan jutaan manusia, tetapi sebenarnya merupakan kesatuan jiwa.
Apabila semua manusia yang hidup di dalamnya mempunyai kehendak untuk bersatu
maka sudah merupakan satu bangsa.
Pancasila menjadi
jawaban kegelisahan kita selama ini tentang menjaga egaliter dan keberagaman
yang selalu dipermasalahkan di Indonesia. Pancasila menjelaskan sila pertama
Ketuhanan Yang Maha Esa telah menjadi bentuk kerendahan hati semua umat
beragama kepada Tuhannya masing-masing. Dalan artian bahwasannya semua agama
yang mengajarkan cinta kasih. Jika kita perhatikan sila kedua, Kemanusian Yang
Adil dan Beradab. Sisi “adil” menjadi kata kemerdekaan individu setiap
manusia tanpa ada keterikatan kepada siapaun kecuali penghambaanya kepada
Tuhan. Itu pun diperkuat sila ke empat yang juga mengandung kata “musyawarah”
sebenarnya ini adalah etika Islam, kata Nurcholish Madjid ini merupakan etika
Islam yang dimasukan kedalam nila-nilai yang umum. Maka dari itu, sila kelima
yang mengandung isi pemahaman tentang Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat
Indonesia merupakan suatu upaya pembebasan masyarakat secara luas, dimana
saat kita telah merdeka dan mendapatkan pejernihan diri seharusnya bisa
menjadi sebagai sosok atau seorang yang bisa diajak bermusyawarah, yang
hatinya tak penuh dengan kebenciaan bahwasannya dengan meyakini kemerdekaan
inividu yang kita miliki dalam berbeangsa dan bernegara itu beda dengan pembebasan
diri sebagai bentuk penghambaan kepada Tuhan. Ada batasan dimana
kebebasan itu dimiliki, diperjuangkan dan dipertahankan, namun tetap tidak
lepas jalur dari attitude antar sesama. Karena, ketika berpancasila tanpa
dibarengi dengan spiritualitas dan emosionalitas, masyarakat akan sulit
menerima dan sulit memahami perbedaan yang dihadapinya. Sebab sejatinya etnisitas,
religiusitas maupun ideologi sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari
sejarah bangsa Indonesia dengan ke-Bhineka Tunggal Ika-annya, serta sikap
toleransilah yang menjadi perekat untuk bersatu dalam kemajemukan bangsa.
Toleransi di
purwakarta hari ini menjadi sorotan nusantara dan dunia, karena sebagian besar
contoh pada tahun ini Purwakrta terpilih menjadi tuan rumah Word Tolerance
Conference (WTC) 2017. Acara WTC itu diikuti oleh puluhan delegasi dari
berbagai negara di dunia, ini adalah prestasi yang patut dibanggakan oleh
masyarakat Purwakarta khusunya, bahwa ini adalah sebuah bentuk usaha yang
diprogramkan oleh pemerintah Purwakarta untuk mengajak seluruh umat manusia
dalam menciptakan kedamaian dunia dengan saling memahami dan menghormati setiap
perbedaan yang dimiliki. Bupati Purwakarta, Kang Dedi Mulyadi banyak mengajari
kepada masyarakatnya bagaimana kita menolong, menghormati dan membangun cinta
kasih antar sesama, dengan menerapkan banyak falsafah tentang kebudayaan Sunda
dan spirit berpancasila.
Sebanyak saya mencari
tahu tentang daerah mana yang memiliki nilai toleransi yang tinggi, hanya di
Purwakarta lah toleransi diajarkan dan diaplikasikan kepada para pelajar dan
masyarakat. Karenanya, kini di Purwakarta telah diterapkan sebuah program
penyediaan sarana ibadah di sekolah-sekolah di Kabupaten Purwakarta, yang mana
sarana ibadah itu tidak dikhususkan hanya untuk satu agama saja. Bahkan,
Purwakarta telah memiliki program unggulan belajar khusus tentang agama yang
rutin diadakan pada hari jum’at, seperti mengaji kitab kuning yang diajarkan
kepada pelajar yang beragama islam, memakai sarung dan kopeah hitam khusus
ketika hari jum’at. Ini adalah suatu pembentukan sikap toleransi sejak dini
kepada pelajar khususnya, karena dengan berpancasila kita bisa mengerti akan
toleransi yang sebenarnya.
Akan tetapi, perasaan
prihatin timbul atas terkikisnya penghargaan terhadap ke-Bhinekaan dan
kedamaian bangsa, yang hari ini muncul dalam bentuk disintegrasi dan segala
bentuk kekerasan yang mengatasnamakan segala. Disadari bahwa, kebangkrutan
moral kebangsaan seperti inilah yang nantinya akan menyuburkan perasaan saling
curiga dan berprasangka sesama saudara se-tanah air. Kondisi ini juga akan
menjadikan bangsa Indonesia semakin rapuh dan kehilangan semangat kebersamaan
untuk membangun Indonesia menjadi lebih baik lagi di masa mendatang. Karena,
Indonesia masa depan ditentukan oleh para pemuda masa kini, dengan harap
muda-mudi pertiwi mampu memiliki perasaan lebih peka lagi untuk membaca
lingkungan, sosial, kebutuhan alam, mengkaji keagamaan, dan segala yang
menyangkut soal tenggang rasa. Sebab dari sanalah sikap toleransi antar sesama
lahir dan tumbuh besar dengan baik, sehingga Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika
bukan hanya sekedar rumus serta kode buntut yang hanya berisi harapan dan
khayalan.
0 komentar:
Posting Komentar